Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2017

Tantangan Kemandirian

Adalah tantangan bagi saya dan suami untuk tetap konsisten pada anak pertama kami. Terutama terkait memakai pakaiannya sendiri. Saat adiknya masih di perut, saya selalu sounding ia untuk bisa mengenakan pakaiannya sendiri, karena adiknya nanti bisa ia bantu memakai pakaian jika ia sudah mahir memakai pakaiannya sendiri. Ini cukup berhasil di awal. Kemudian saat adiknya lahir ia seringkali caper minta dipakaikan baju. Sekarang keinginannya untuk berpakaian sendiri kadang muncul terutama jika ia melihat baju atau celana yg menarik baginya. Selebihnya ia sering minta dipakaikan baju, sebagai bentuk capernya. Mungkin apresiasi dari saya ketika ia berhasil memakai bajunya sendiri belum swsuai. Kadang jika ia sedang bermalam di neneknya ia pun sering mendapatkan perhatian dan dimanja nenek2nya. Peer bagi saya untuk berkomunikasi dengan nenek2nya..

Rasa tentang Komunikasi

Komunikasi menjembatani dua atau lebih pikiran yang ada. Menjadikannya terhubung dan tanpa prasangka. Melalui tantangan 10 hari memberikan pengalaman tersendiri. Dan itu menyenangkan, meski menantang. 10 hari memang waktu yang sempit untuk pembiasaan berkomunikasi produktif. Namun 10 hari ini menjadi candu. Membiarkan alam pikir kita terus memproses tentang apa yang seharusnya dilakukan. Dan itu baik bukan? Tingkah yang beragam pada anak-anak menjadikan emosi seringkali lebih dulu berbicara bukan merasa. Pembiasaan 10 hari yang mencandu itu seolah menjadi gerbang atas emosi. Meski tak selalu berhasil setidaknya ini awalan atas candu akan komunikasi produktif. Dan pada akhirnya lawan bicara kita pun merasakan bahwa mereka dihargai.

Dihitung Sampai Berapa

Bismillahirrahmaanirrahiim Menghitung dalam beberapa hitungan menjadi salah satu pilihan Teteh untuk segera menyelesaikan apa yang sedang dikerjakannya. Hal ini sering saya pilih ketika Ia berlama-lama mandi atau bermain. Padahal saat itu waktunya mepet untuk pergi misal. Cara ini saya rasa cukup efektif. Ketika saya sedang sibuk, dan Teteh butuh bantuan Ia pun kadang melakukan hal yang sama, "Bunda dihitung sampai berapa?"  ucapnya. Begitu yang Ia lakukan kemarin ketika Ia meminta bantuan untuk membantunya cebok. Saya yang masih menidurkan adiknya pada awalnya memintanya cebok sendiri, kemudian memintanya bersabar. Ketika ia bertanya dihitung sampai berapa, saya jawab 200. Tak disangka ia berhitung berurutan sampai 10 lalu meloncat dan mengatakan 200. Dan saat itu adiknya sudah tertidur. Luarbiasa. Hehe #tantangan10hari #day15

Melabeli dan Menghakimi

Bismillahirrahmanirrahiim Bertambah umur tak selalu menjadikan pertambahan kedewasaan. Merasa sudah dewasa justru sering menjadi boomerang. Seringkali ketika telah merasa dewasa, merasa memiliki lebih banyak pengalaman. Ketika ini terjadi, maka seringkali apa yang kita lihat kita simpulkan berdasarkan apa yang telah kita alami. Padahal kesimpulan itu ternyata salah. Alhasil, anak menjadi enggan berkarya atau berkomunikasi. Pagi ini, seperti biasa Teteh nenghampiri neneknya untuk meminta jajan. Neneknya menyanggupi dan mengajaknya ke kantin. Tiba-tiba Ia kembali dengan dua bungkusan, "Bunda, buka" ucap Teteh. Saya pun mengambil bungkusan jajanannya. Tanpa pertanyaan tiba-tiba Ia berkata, "Bunda, ini ada tanda halalnya." Saya bersyukur Ia masih ingat terkait obrolan tentang makanan dan minuman halal tempo lalu. Saya tersenyum sambil memperhatikan bungkusnya, "o iya ada." saya pun membukanya. Ia girang. Jika saja tak ingat tentang komunikasi produktif, mu

Ternyata Teteh Bisa

Bismillahirrahmanirrahiim Tantangan komunikasi produktif beberapa hari terakhir membuat saya berusaha melihat Si Sulung dengan perspektif yang lebih berwarna. Banyak fakta tentang komunikasi kian terkuak. Hari ini, setelah usaha memperbaiki pola komunikasi dengan Si Sulung, terasa Ia mulai bisa bermain dengan adiknya lebih baik dan akur. Ia beberapa kali mulai bisa mengalah pada adiknya meski beberapa kali pula Ia tak mau kalah. Siang tadi ketika kantuk menyergap, Teteh asyik bermain dengan adiknya. Tetiba Teteh ingin menggendong adiknya menggunakan gendongan sling, "Bunda, dedenya masukkan ke gendongan. Mau Teteh gendong" Mimiknya serius, gendongan sudah diselendangkan di badannya. "Teh, dede berat" ujar saya. "Nggak apa-apa. Teteh bisa." ujarnya. "Boneka teteh mana? Gendong boneka aja ya. Kalau gendong dede, dedenya bisa jatuh karena berat, teteh ikut jatuh." "O. Boneka mana ya? Kasian nangis." "Iya. Tuh bonekanya kasian na

Anugerah

Anak itu anugerah. Ia-nya menjadi sumber inspirasi dan energi Ego menjadi musuh dalam selimut Inspirasi dan energi menjelma bencana Rumah tak lagi sehangat mentari pagi Komunikasi menjadi jembatan antara inspirasi. Menyambungkan dua hati yang mulanya tak bertautan. Meneruskan isyarat isyarat hati yang lugu. Memuluskan rasa yang tak tercekat

Fokus Padaku, Bunda..

Bismillahirrahmanirrahiim Anak adalah ujian. Adaaa saja tingkahnya yang membuat emosi Bundanya di ubun-ubun. Melarang ini dan itu seringkali berakhir dengan keacuhan anak. Mungkin larangan malah dijadikan ajang caper si anak. Hari ke12 mempraktekkan komunikasi produktif menjadikan saya jadi lebih aware terhadap kalimat larangan. Berfokus pada apa yang diinginkan katanya. Karena seringkali kalimat larangan malah menggiring tubuh merespon untuk mengerjakannya. Hari ini, Si Sulung memainkan mainannya tanpa membereskan. Alhasil kamar bak kapal pecah. Awalnya saya tergerak untuk membereskan. Namun langkah saya terhenti, teringat jika saya langsung membereskan apa yang akan dipelajari anak? Bahwa akan ada yang selalu membereskan? Saya pun membiarkan sementara, menunggu Sulung kembali ke kamar. Lalu saya katakan padanya, "Teh, bereskan mainannya yuk. Berantakan" Ia menggeleng, "nggak mau". Saya tak menyerah. Sambil memegang bahunya saya katakan padanya, "Yuk beresk

Bermain Bersama

Bismillahirrahmanirrahiim Pagi tadi, sepupu-sepupu Teteh berencana untuk berenang. Meski belum bisa berenang, Teteh senang sekali diajak sepupunya. Alhasil agar gol berenang, Ia dan sepupunya mulai melakukan jurus meminta pamannya untuk mendampingi. Maklum saat itu hanya pamannya saja yang ada dan jago berenang. Beberapa saat sebelum berangkat Ia meminta saya meniupkan ban renang untuknya. Sekitar satu jam mereka berenang lalu secara bergantian mereka mulai membersihkan diri. Awalnya Teteh terlihat akan mandi sendiri, namun setelah kostumnya dibuka Ia malah memanggil Bundanya. "Bunda, mau dimandiin bunda." Karena tak ada perjanjian sebelumnya saya akhirnya menghampiri dan memandikannya. Biasanya jika sudah membuat komitmen di awal, Ia akan mengikuti komitmen untuk mandi sendiri, misalnya. Selepas mandi, Ia sumringah, saya penasaran ada cerita apa yang ingin dia bagi lalu saya bertanya, "berenangnya rame Teh?" Ia pun menjawab, "rame Bunda. Tapi tadi Teteh dil

Simpel Tapi Tetap Perlu Waktu

Bismillahirrahmanirrahiim Hari ini setelah sounding sejak kemarin saya pergi ke seminar bersama anak-anak. Saya sudah mewanti-wanti Si Sulung untuk tetap tenang ketika bosan melanda, "No cry," ujar saya. Ia mengangguk tanda setuju. Pagi harinya saya katakan padanya untuk segera mandi dan bersiap untuk pergi. Tantangan pertama dimulai, Ia berebut CD film dengan sepupunya. CD film itu sesungguhnya milik sepupunya, namun karena Ia ingin sekali menontonnya sejak malam kemarin Ia mengakui miliknya. Saya pun menghampiri, dan berkata, "Teh, itu punya sepupu Teteh. kembalikan ya. Kan kita mau pergi." Ia mutung, "bukan Bunda, ini punya Teteh." Ia keukeuh. Beberapa kali saya ulang mengatakan bahwa CD itu milik sepupunya yang harus dikembalikan. Jika tak dikembalikan maka Ia tak bisa ikut serta pergi seminar. Namun, Ia masih keukeuh. Akhirnya saya tinggalkan sementara Ia, untuk menyiapkan beberapa hal yg perlu dibawa. Teteh masih keukeuh, Ia mondar mandir bermai

Teh, Dedenya Disayang ya.

Bismillahirrahmanirrahiim Satu hari sebelumnya saya sempat 'protes' pada Si Sulung gara-gara ia jail pada adiknya. Tangannya memukul (atau menepuk ya?) Adiknya. Tak lama adiknya merespon dengan balas memukul. Saya pun berkata padanya, "De, ga boleh. Sakit." Sambil menahan tangannya. Di saat yg bersamaan saya berkata pada kakaknya, "Teh, disayang. Kalau teteh mukul Dedenya ikutan. Kalau teteh usap-usap kepalanya nanti Dedenya ikut." Obrolan selesai. Siang tadi saat adiknya tidur, Ia menghampiri saya. "Bunda, lihat." Saya menengok, rupanya Ia sedang mengelus kepala adiknya. "Disayang ya Bunda?" Ujarnya. Saya pun menimpali sambil tersenyum, "Iya Teh. Teteh pintar." Ia lalu kembali mengelus dan mencium adiknya. Menjelang sore tadi, saat adiknya sedang duduk dan tetehnya nampak sedang kebosanan, tiba-tiba 'plak', tangan Teteh sudah mampir di badannya Dede. Astaghfirullah tantangan lagi. "Teh, ga boleh. Sakit"

Negosiasi dengan Si Sulung

Bismillahirrahmanirrahiim Tantangan kami ketika berada di Cimahi (rumah ortu) adalah mengontrol jajanan Teteh. Gimana ga menantang coba, ke kantin sekolah tinggal melangkah beberapa langkah sahajo. Terlebih ketika Teteh mulai merengek, neneknya seringkali menjadi penolong. Huhu. Memang sudah jadi rahasia umum ketika neneknya memenuhi keinginan cucunya. Memberikannya pengertian tentang batasan jajan kadang tak tepat sasaran. Ia malah  keukeuh  dengan keinginannya, menangis dan merengeknya kadang malah kian menjadi. Hari ini, kejadian lagi Teteh berulangkali mondar mandir ke kantin untuk jajan. Setelah pagi ditraktir neneknya, siang hari ia mendekati bundanya, ingin jajan lagi. Saya pun memberikan uang jatah jajannya, Rp 2000. Ia pun tersenyum bahagia dan langsung menuju kantin. Sebelum saya mengajukan syarat agar tidak jajan permen maupun ciki, dan ia setuju. Tak lama ia datang membawa 2 jajanan , yaitu susu kotak dan astor, yang jumlahnya tentu saja lebih dari 2000. "Te

Komunikasi dengan Anak itu Simpel

Bismillahirrahmanirrahiim Menuju 4 tahun usianya semakin membuat daya eksplorasinya bertambah. Apa saja ingin Ia tiru dan kerjakan. Membiarkannya dengan  keingintahuannya tanpa ditemani, salah-salah malah berbahaya untuknya. Seperti yang dilakukannya hari ini. Sejak sudah bisa berjalan memang salah satu hobinya adalah memanjat. Hari ini (bukan hari pertama), Ia kembali menguji rasa khawatir bundanya dengan memanjat pagar pembatas di balkon rumah neneknya. Melihat hal ini, saya pun langsung berkomentar, "Teh, turun sayang, manjatnya di playground ya..". Ia menoleh sambil masih tetap di pagar tahap kesekian, lalu berkata, "di playground?". "Iya, di playground," kata saya. Ia pun turun sambil berkata, "diantar Ayah ke playgroundnya". Saya hanya mengangguk. Ternyata sesimpel itu berkomunikasi dengannya. Jadi ingat materi komunikasi produktif pada anak yaitu, KISS (Keep Information Short and Simple) dan Fokus pada apa yang kita inginkan. Terkai

Bercerita

Bismillahirrahmanirrahiim Mengetahu rasa dan pikiran anak tentu bukan hal yang mudah. Terlebih kosakatanya yang masih terbatas untuk mengungkapkan ada yang ada di hati dan kepalanya. Rutin memberi nama atas setiap rasa atau ekspresi yang diperlihatkan pada kita menjadi tantangan tersendiri untuk saya. Terkait menamai rasa ini seringkali saya mengajak Si Sulung untuk menceritakan apa yang sudah ia kerjakan seharian ini. Namun PR bagi saya ketika saya mengajak ia bercerita, yaitu tidak menginterogasi namun mengobservasi. Tantangan hari ke5 komunikasi produktif ini masih seputar mengelola emosi ketika berkomunikasi. terutama terkait dengan kejailan Si Sulung ketika mengajak bermain adiknya, Seringkali ia keukeuh  dengan yang ingin dikerjakannya. Perlahan-lahan sudah mulai terbiasa untuk mengatur intonasi dan kata. Ternyata memang ketika komunikasi kita produktif anak mudah mengerti dan diarahkan. #harike5 #tantangan10hari

Bermain Bersama dan Berbagi

Bismillahirrahmanirrahiim Tantangan dalam membersamai 2 anak adalah membiarkan mereka saling berbagi dan bermain bersama. Ada saja cerita ketika sang kakak menjadi egois dan ingin semua mainan yang sedang dimainkan adiknya. Kadangkala berlaku sebaliknya. Kejadian seperti ini tentu menjadi kepeningan tersendiri. :D Terkait bab berbagi, membuat saya 'melayang' melintasi waktu, ketika saya masih sering menjadi asisten kakak saya, menemani kedua anaknya. Ia selalu berkata, lebih baik memberikan anak-anaknya 1 mainan dibandingkan 2 mainan serupa, agar mereka terbiasa berbagi ketika bermain bersama. Hari ini, Si Sulung yang berlaku demikian. Ia ingin main yg adiknya pegang. Padahal sejak pagi mereka bermain dan tertawa bersama. Saat sore menjelang, Si Sulung membuka video dokumentasi kegiatan ia atau adiknya di HP ayahnya. Ia asik sekali. Mendengar suara yang keluar dari HP ayahnya membuat sang adik penasaran dan menghampiri. Namun kakaknya tak memberikan celah untuk adiknya

Bunda, Aku Membantu Ayah..

Bismillahirrahmanirrahiem Hari ini, jadwal saya mengikuti seminar hampir seharian. Sejak beberapa hari sebelumnya, saya sudah berkomunikasi dan berbagi tugas dengan suami. Di kegiatan ini Si Sulung bersama ayahnya, sedangkan saya membawa adiknya bersama saya. Sehari sebelumnya, saya sounding kepada Si Sulung. Saya katakan padanya bahwa saya dan adiknya akan ada acar sampai sore esok hari, sehingga Ia tinggal bersama Ayahnya. Awalnya ia protes ingin ikut, lalu saya katakan lagi bahwa ia bisa antar jemput kami. Akhirnya ia pun setuju. Kegiatan seharian itu alhamdulillah lancar. Si Sulung menemani ayahnya mengantar dan menjemput. Di rumah, saya bertanya padanya, "teteh, seharian ini ngapain aja?""nonton cars dikasih agar lalu dipotong-potong" katanya. Hmm, saya agak mengerutkan dahi, menonton apakah itu? Saya tanya ayahnya, sepertinya semacam mainan atau makanan. Duh.. Nonton lagi. PR nih untuk membatasinya. Tak lama ia asyik dengan hp Ayahnya, rupanya ia melihat

Bunda, Aku Bisa Bersikap Baik

Bismillahirrahmanirrahiim Bermain itu selalu menyenangkan bagi yang tak lagi kanak-kanak apalagi bagi kanak-kanak. Begitulah fitrahnya. Toh, kata 'Raihan' pun berhibur tak ada salahnya, hehe. Si Sulung entah karena memang fitrahnya (anak-anak) senang bermain, entah karena aktivitas di rumah yang kurang beragam, seringkali merengek menangis ketika kami pergi berbelanja dan menemukan wahana permainan semacam ga**m*ster. Rengekannya sering memekakan telinga, yang seringkali pula membuat kami khawatir malah mengganggu pengunjung lainnya. Mengikuti keinginannya pun tak menjadi solusi, karena bisa jadi dikemudian hari ia menggunakan jurus rengekan untuk memenuhi keinginannya tanpa melihat urgensinya.  Hari ini kami sengaja ingin 'singgah' ke kota, 'mengantar' paman anak-anak untuk mencari kebutuhan sekolahnya. Kebetulan tempat tujuan kami memiliki wahana permainan. Terbayang ketika beberapa bulan sebelumnya ia sempat merengek, berteriak dan menangis memaksa say

Bunda, Tolong Mengerti Aku..

Bismillahirrahmanirrahiim.. Komunikasi adalah jembatan untuk saling memahami. Salah komunikasi seringkali berakhir saling menyakiti. Terkait memahami ini rasanya prinsip give and take relevan, berusahalah memahami terlebih dahulu sebelum meminta dipahami. Sebelum menuntut anak menjadi pribadi yang baik, sudahkah saya memberikan ia cotoh, menjadi raw model nya? Karena sesungguhnya seorang anak itu fitrahnya baik, orangtuanya lah yang kemudian mengaburkan fitrahnya atas nama ego. Hari ini Si Sulung mendorong adiknya yang masih berumur 1 tahun. Apa pasalnya? Ternyata karena adik menarik aksesoris sepeda Si Sulung. Si Sulung sedih dan sebenarnya sudah melapor pada kami, namun karena kondisi kami yang masih lelah, membuat perasaan Si Sulung ini seolah terabaikan. Ia pun mutung. Kami pun memintanya meminta maaf pada adiknya, namun ia malah menangis, seolah berkata, 'bunda, pahami aku'. Setelah sejenak berpikir mencerna situasi saya mulai mencoba praktek komunikasi produkti

Karena Setiap Ananda Berhak atas Bahasa Cinta

Assalamu'alaykum wr wb Alhamdulillah.. akhirnya bisa kembali mampir untuk menulis di blog yang sudah lama tak ditengok ini. Apakah gerangan yang menggerakan tangan ini kembali mengklik blog ini kembali? Tak lain dan tak bukan karena adanya tantangan kuliah di IIP (oops.. karena tugas ternyata.. padahal mah ya.. menebar manfaat mah harus setiap saat). Back to topic.. Kembali lagi ke judul tulisan ini. Siapakah ananda yang dimaksud? (lha,, kok? hehe) Terlepas dari posisi kita sebagai anak atau orangtua, nyatanya setiap manusia (kecuali Adam dan Hawa, tentunya) adalah ananda dari ayah bunda nya. Maka mari gunakan bahasa cinta untuk berujar. Maksudnya apa? Berkomunikasi produktif lah. Sudahkah? Untuk mengetesnya gampang, ber'cermin'lah, karena yang kita dapat adalah hasil dari yang kita kerjakan. Dan menurut saya sebaik-baiknya cermin atas komunikasi kita adalah anak kita. Anak adalah refleksi terbaik, karena children see, children do . Merefleksikan cara saya berkomu