Bismillahirrahmanirrahiim
Tantangan kami ketika berada di Cimahi (rumah ortu) adalah mengontrol jajanan Teteh.
Gimana ga menantang coba, ke kantin sekolah tinggal melangkah beberapa langkah sahajo. Terlebih ketika Teteh mulai merengek, neneknya seringkali menjadi penolong. Huhu. Memang sudah jadi rahasia umum ketika neneknya memenuhi keinginan cucunya.
Memberikannya pengertian tentang batasan jajan kadang tak tepat sasaran. Ia malah keukeuh dengan keinginannya, menangis dan merengeknya kadang malah kian menjadi.
Hari ini, kejadian lagi Teteh berulangkali mondar mandir ke kantin untuk jajan. Setelah pagi ditraktir neneknya, siang hari ia mendekati bundanya, ingin jajan lagi. Saya pun memberikan uang jatah jajannya, Rp 2000. Ia pun tersenyum bahagia dan langsung menuju kantin. Sebelum saya mengajukan syarat agar tidak jajan permen maupun ciki, dan ia setuju. Tak lama ia datang membawa 2 jajanan , yaitu susu kotak dan astor, yang jumlahnya tentu saja lebih dari 2000. "Teh, kenapa jajannya 2, uangnya ga cukup atuh. Astor kembalikan ya." Ia pun menjawab, "nggak Bunda." Saya bingung, gimana ceritanya uang yg hanya 2000 bisa jadi jajanan lebih dari 3000. Keliatannya sih, yang jualnya memang memberi 2 barang itu meski uangnya hanya 2000. Saya coba bujuk berulang kali namun tetap tak berhasil. Akhirnya di akhir perundingan saya membuat syarat, "boleh deh jajan 2 barang, tapi ga jajan lagi ya. Besok baru boleh jajan lagi." Akhirnya ia mengangguk. Sampai sore Alhamdulillah aman ga jajan lagi. Meski sempat pula ia membawa jajanan pemberian penjual di kantin. Pasrah saja akhirnya, sambil bilang, "Teteh, jangan makan yg seperti itu lagi, kurang sehat." Ia pun menimpali, ”nanti sariawan lagi ya bunda?” Saya tersenyum dan mengangguk.
Mengaplikasikan komunikasi produktif dalam bernegosiasi nampaknya masih perlu diasah. Saya sih merasa, anak akan mudah bernegosiasi ketika kita konsisten dengan apa yg kita janjikan.
#tantangan10hari #day8
Comments
Post a Comment