Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2018

Sensory Play, Bermain Pasir Ajaib

Bismillahirrahmanirrahiim Bermain pasir adalah salah satu kegiatan merangsang kecerdasan spasialnya. Membentuk pasir dengan cetakan yang disediakan. Lalu berkreatifitas dengan cetakan cetakan itu. Cetakan yang umumnya untuk bentuk kue seringkali diimprovisasi oleh Teteh menjadi banyak hal, seperti rumah siput. Ketika bermain pasir Ia seringkali bermain peran. Bersama boneka ia berdialog. Selain juga berperan sebagai pedagang menawari bundanya kue yang Ia buat dengan cetakan itu. Dari sebuah sensory play Ia bisa menjadi sebuah sarana belajar keverdasan linguistik atau bahkan kecerdasan interpersonal. Jika sudah bermain dengan pasir Ia sering lupa waktu. Bermain gadget yang seringkali menjadi keinginannya ketika senggang tak pernah dilirik. Hal yang cukup efektif untuk mengalihkan perhatiannya dari gadget. #tantangan_hari_ke10

Membaca Buku

Bismillahirrahmanirrahiim Membaca buku adalah salahsatu kegemaran teteh. Ia selalu antusias ketika buku dibacakan. Untuk gaya belajarnya yang audio membacakan menjadi sarana Ia menyerap ilmu lebih. Ia dapat belajar tentang adab dan iman dengan membaca. Kegemaran Teteh adalah meminta bundanya membaca buku dengan judul yang sama. Menjelang tidur Ia bisa meminta dibacakan beberapa buku cerita anak. Membiasakannya membaca buku adalah selipan harapan bahwa Ia akan semakin mencintai buku. Dari buku banyak ilmu yang akan Ia temukan. Tantangan membaca buku adalah ketika Teteh berkeras ingin membaca buku yang sama yang sebelumnya sudah dibaca dan Ia sudah hapal isi ceritanya. Membaca buku yang sama seringkali membuat Bundanya kehilangan minat. Padahal membacakan buku yang sama untuknya mungkin salah satu caranya untuk mengikat makna lebih mendalam. #tantangan_hari_ke9

Tangram Mode On

Bismillahirrahmanirrahiim "Bun, pinjem hp," seru teteh untuk kesekian kalinya. "Buat apa teh?" tanya saya. Tebak apa yang ingin dia lihat? Ternyata Ia sedang senang menonton cuplikan video dari game-game salah satu game developer yang biasanya nangkring di playstore. Ia tidak tertarik menginstalnya. Mungkin bukan karena tidak mau tapi lebih karena Ia tahu Ia tak akan diizinkan. Dan Ia sudah merasa puas hanya dengan melihat videonya. Screen time anak usia 4 tahun memang tak seketat screen time anak usia 2 tahun. Akan tetapi, ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa aktivitas screen time (terutama gadget) pada anak balita justru menurunkan nalar dan konsentrasinya. Maka dari itu, saya 'galak' klo sudah tentang gadget. Tak memberinya izin bergadget tentu perlu dibarengi aktivitas pengganti yang tak kalah menarik. Kebetulan beberapa hari sebelumnya Teteh sudah menggunting beberapa bentuk geometri di salah satu buku aktivitas yang sempat dibeli. Saya

Bunda, sholat yuk..

Bismillahirrahmanirrahiim Sabtu malam Teteh tiba-tiba nyeletuk, "Bunda, sholat yuk. Teteh mau sholat." Permintaan yang tak sering muncul dari seorang anak berusia belum genap 4 tahun ini. Saya pun mempersilakan. Ia sumringah.  Ia pun berdiri di atas sajadah dan memulai bacaan iftitah. Di tengah-tengah, saya baru sadar, Teteh belum bermukena. Saya pun menyetopnya dan mwmintanya memakai mukena. Kebetulan saat itu hanya ada mukena ukuran besar, alhasil Teteh hanya memakai atasan mukena untuk menutupi auratnya. Beres memakai mukena, Ia kembali membaca Iftitah yang Ia pelajari bersama sepupunya saat masih sering menginap di rumah Ummi (Ibu Saya). Ummi punya cara tersendiri agar cucunya lancar hapal Iftitah, yaitu tak mengizinkan cucunya jajan sebelum Ia berhasil hapal potongan iftitah. Cara yang cukup efektif di Teteh yang sebelumnya sering mendengar Iftitah di video yang dipasang Ammi nya di mobil. Doa Iftitah yang dibaca Teteh sukses sampai akhir, meski ada 1 kata y

Jajan Bersama Kakek

Hari ini, teteh diajak kakeknya ke warung. Kebetulan kakeknya akan membeli beberapa kebutuhan titipan nenek. Teteh tentu senang. Sesaat setelah diajak Ia langsung mengiyakan. Pada awalnya saya santai saja ketika Teteh pergi bersama kakeknya. Saya tak berpikir Ia akan jajan, karena biasanya Ia akan meminta izin saya juga. Saya lupa, Ia masih kanak-kanak yang tentunya masih mudah tergiur dengan jajanan. Ia pulang dengan membawa jajanan. Kakeknya laporan Teteh membeli jajanan, entah apa, tapi Teteh memilihnya, ujarnya. Saya pun langsung meminta izin Teteh untuk memperlihatkan jajanannya. Saat saya melihat jajanan yang satu tetiba Teteh nyeletuk, "Bun, liat ini ada tanda halalnya". Ia sumringah memperlihatkan label halal di ciki yang Ia beli. Namun di jajanan yang saya pegang saya tak menemukannya. Gara-gara celetukannya saya pun spontan menjawab, "Di jajanan yang ini ada ga?" Saya kembali menyodorkan jajanan yang saya pegang. "Ga ada ya?" Tanya saya. Ia

Ketika Jajanan Menggoda

Siang tadi Teteh tiba-tiba menghampiri saya yang sedang memberi asi adiknya. Ia menghampiri saya setelah sebelumnya Ia coba memanggil saya namun mungkin jawaban saya tak terdengar. Rupanya Ia keukeuh ingin bersepeda ke warung bersama bundanya. Pada awalnya karena saya lihat adiknya masih asik saya menolak. Namun melihat dia tetap pada pendiriannya dan adiknya pun malah ikut memperhatikan tetehnya, saya pun mengiyakan. Adiknya akhirnya saya titipkan pada kakeknya dulu, agar tidak terlalu berat ketika akan membantunya mendorong sepeda ketika Ia kesulitan menggoes.  Sampai di warung saya pun mempersilakan Teteh untuk memilih jajanan. Ia pun mulai berkeliling melihat-lihat. Sambil melihat-lihat saya coba tawarka beberapa jajanan yang menurut saya masih aman untuk dia konsumsi. Saya tak sadar ketika Ia memperhatikan seorang anak kecil (yang sepertinya umurnya lebih muda darinya) yang sedang memilih jajanan mainan murah. Ketika sadar saya mulai curiga Ia akan memintanya. Ternyata benar, i

Menunggu itu ...

Momen menunggu mungkin menjadi hal yang menguras emosi. Maka momen ini pun menjadi latihan yang tepat untuk mengelola emosi.  Hari ini, Teteh berkesempatan menemani Bundanya berbelanja. Dikesempatan itu Ia tak lupa untuk meminta jatah jajan (^.^"). Ia meminta ki*o agar yang dikemas panjang dan biasanya dikonsumsi dalam keadaan beku. Setelah memberi syarat hanya boleh 1 pcs tiap hari saya pun memasukkannya ke dalam keranjang belanja. Sesampainya di rumah, sy masukkan agarnya ke freezer. Disinilah proses menunggu yang membuat Teteh berulang kali bolak balik membuka freezer untuk memastikan agarnya sudah beku. Berulang kali Ia berkata, "Bunda, agarnya sudah beku, hayu dimakan". Berulang kali pula bundanya menjawab, "Belum teh." Jam demi jam berlalu dan agar belum juga membeku. Sejak dimasukkan ke freezer di jam 2 siang (sekitar) sampai Ia akhirnya tertidur setelah azan isya berkumandang pun masih belum beku. Hampir saja teteh menyerah ketika ashar. Ia berkera

Ada Apa dengan Memotong Tempe?

Bismillahirrahmaanirrahiim.. Lagi-lagi masak. Nampaknya Teteh punya kesan tersendiri dengan memasak. Dulu saat umurnya belum genap 2 taun Ia sudah takjub dengan 'magic' dari pisau yang bisa memotong bahan makanan. Olehkarenanya, bundanya akhirnya merelakan Ia ikut memotong sayur tapi menggunakan sendok. Alhasil untuk mengimbangi kemampuan sendok dalam memotong, Teteh hanya boleh memotong bahan makanan yang cenderung lunak seperti tahu atau tempe.  Berhubung umurnya sekarang sudah hampir 4 tahun, hari ini saya izinkan Ia memotong menggunakan pisau. Selain melatih motoriknya, Ia pun belajar untuk fokus dan berhati-hati agar tak melukai tangannya.  Selain latihan motorik dan fokusnya Teteh, Bunda pun ikut latihan. Latihan mengelola emosi. Latihan menerima ketidakteraturan bentuk dan ukuran tempe yang dipotong. Meski beda ukurannya tapi hasilnya rapi. (lurus) loh. Ternyata sense spasialnya (bener ga ya?) bagus.. Sedikit cerita tentang aktivitas memotong tempe. Teteh ke

Melatih EQ, Mengelola Emosi (Sabar) dalam Beraktivitas

Bismillahirrahmaanirrahiim.. Pernah ga pas lagi banyak kerjaan dan lalu anak 'berkarya'? Pernah kayaknya ya.. Menguras emosi biasanya klo udah gini. Hehe. Ini yg terjadi di saya sih. Seringkali meninggi suaranya diawal meski lalu diturunkan lagi karena sadar ga berguna sikap seperti itu. Ketidakcakapan mengelola emosi ini mungkin ga sih tertangkap oleh anak? Mungkin banget. Klo udah gini anak pun bisa menginternalisasikannya lalu Ia pun menjelma jadi anak yang tak cakap mengelola emosi. NOOO.  Hari ini dalam rangka latihan mengelola emosi, saya dan sulung beraktivitas bersama, Memasak. Sudah lumayan lama ga masak bareng. Masak bareng anak seperti apa? Pastinya ya begitu deh.. Ada 'drama' anak mainin adonan.. Hehe. Nah disinilah latihan buat Bundanya untuk mengelola emosi dan menyampaikan perasaan Bunda jika Sulung mulai bermain adonan. Menyampaikan perasaan jadi latihan cerdas emosi juga kan? Dengan latihan ini harapannya Sulung bisa mulai menceritakan perasaanny