Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2016

Indonesiaku

Keramahan adalah budaya bangsa ini. Katanya. Sebuah modal menjamu para tamu dari negeri seberang yang kemudian menjajah. Mengeruk sumber daya alamnya, menguras tenaga manusianya. Memberi ilmu sebatas agar dapat diambil kepintarannya. Katanya indonesia sudah dikenal, manusianya pandai. Pandai berkarya mencari solusi. Namun kepintarannya kadang menjadi celah untuk egois? Mengkorupsi apa yang bisa dikorupsi? Lalu tetap tertawa tulus dalam balutan topeng. Membingungkan insan di sekitarnya. Indonesia pantas berdigjaya. Jika yang punya nurani yang berkata, merangkul, menggerakkan sesama. Memberi pijakan dalam karya, membangun negerinya untuk bersama. Tak lagi berpikir tentang untung baginya di dunia. Karena ia takut pada akhiratnya kelak. Banyak yang menuntut atas apa yang ia kerjakan. Apakah indonesia mencari kita? Karena masih ada nurani di diri? Masih banyak cerita bahagia yang ingin dituang menjadi karya? Ada banyak senyum yang ingin dilihat? Apakah kita cukup berani? Untuk melihat k

Pelangi

Pelangi adalah banyak warna di langit, yang menari-nari dalam satu garis, indah. Pelangi ciptaan yang Maha Indah, menentramkan hati yang melihatnya. Aku suka. Pelangi seperti sesungging senyum yang mengajari arti kesabaran, seperti air yang menunggu mentari agar menjadi pelangi. Ada banyak arti dari sebuah pelangi, namun mengapa pelangi lah yang kini menjadi salah satu icon LGBT? Bukankah pelangi terlalu indah untuk menjadi sebuah icon yang bahkan agama pun tak memfasilitasinya? Pelangi mengajari banyak hal, berwarna warni untuk berharmoni. Lalu, merefleksikannya pada mata tiap insan. Menyampaikan rasa pada sanubari. Menenangkan hati yang bersedih. Lalu mengapa warna warni ini menjadi simbol para LGBT? Pelangi menjadi pelipur lara. Menjadi primadona para insan. Inikah daya tarik nya? Merasa diterima? Aku tak sedang memaki LGBT, karena LGBT mungkin tak timbul sendiri. Ia mungkin berasal dari ketidakpedulian kita. Atau mungkin sikap kita yang menertawakan anomali. Perlahan tanpa kita

Single vs double

Perubahan status berarti banyak hal. Jika dikaitkan dengan 'mimpi-mimpi', menikah berarti merubah 'egois'. Karena ketika masih single mimpi tak perlu disesuaikan dengan orang lain, mimpi hanya tentang kehidupan dari sisi pribadi. Tak perlu 'mendengar' apa kata 'orang lain'. Menikah menjadikan mimpi perlu penyesuaian di sana sini. Bahkan mungkin perlu ada tambal sulam, merobek satu bagian mimpi untuk dilengkapi dengan bagian yang lain. Mengkolaborasikan mimpi. Mengkolaborasikan mimpi, menikahkan mimpi, berarti menghebatkan. Menghebatkan mimpi-mimpi personal. Menghebatkan daya dobrak karena bukan lagi hanya satu orang yang akan bergerak. Menikah pun berarti menambahkan mimpi. Mimpiku ada dalam mimpimu. Mimpimu ada dalam mimpiku. Menjadikan mimpi dilindungi dua orang, yang seharusnya akan cukup kuat untuk mengakar dalam sanubari. Lalu jadilah sebuah karya yang dinanti. Mimpi 2 orang pun seharusnya akan lebih menggerakkan banyak orang. Menyemangati setid

Dreams

'Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpimu' Kata tersebut pastilah sangat familiar untuk para pecinta laskar pelangi. Kata-kata yang melecut semangat ikal untuk sampai di prancis. Kata-kata sederhana namun sarat makna. Mimpi memang tak boleh disepelekan. Sekecil apapun, sekelebat apapun, karena faktanya mimpi mampu mewujud jadi nyata. Percaya atau tidak, secara sadar atau tidak, lintasan lintasan impian kita satu persatu kian terbuka menjadi nyata. Bagaimana cara kerjanya? Wallahu 'alam.. Banyak yang sepakat, bahwa hanya mimpi yang disertai 'emosi' (excited) yang mampu merobek batas mimpi menjadi nyata. Kekuatan emosi ini yang menggerakkan diri fokus menuju mimpinya. Memecah batu batu besar yang menghalangi. Dan saya salah satunya yang percaya hal ini. Saya yakin mimpi yang mendalam menjadi salah satu bahan bakar untuk berlaku di kehidupan nyata. Mengapa? Karena dalam pandangan saya mimpi-mimpi yang ada akan berubah menjadi harap yang tersimpan rapi di sanub

Everything is Mine

I Untuk seorang yang berumur 22 bulan memang wajar menganggap semua yang ada di sekitarnya adalah miliknya. Membiarkannya begitu tentu sebagian dari kita akan menganggapnya salah. Membiarkan perilaku demikian berpotensi membuatnya egois. Namun, menolak perilakunya bisa berarti tangisan yang panjang. Tangisan ini bisa berarti penolakan akan eksistensinya, ia akan merasa ditolak.  Membiarkan perilakunya sampai saat ini menjadi pilihan. Namun hanya beberapa saat saja. Dibiarkan untuk diberi pengertian. Butuh percobaan beberapa kali untuk memahamkan seorang anak kecil berusia 22 bulan ini. Beberapa kali pengalih perhatian dan penyederhanaan kata. Tak jarang ketika rasa memilikinya sedang memuncak, (sedang ia ditemani sebayanya), diri ini tak sabar. Kemudian meninggikan suara atau bahkan mengambil paksa. Padahal ia hanya seorang anak kecil yang penuh tanya di benaknya, senyum di pipinya, dan kata di mulutnya. Dengan tingkah lucunya itu seharusnya cukup untuk membatasi diri tidak bernad

Eksplorasi Sang Anak

Ia hanya seorang bayi berumur 22 bulan. Bicaranya belum fasih, perlu beberapa waktu untuk paham maksudnya. Namun kaki dan tangannya luar biasa lincah. Ia dengan semangat memanjat tempat tidur, kursi bahkan pagar! Membuatku tak boleh lengah, memastikan semua aman. Ada kalanya ia kesulitan lalu berteriak karena kepanikan, memanggil bundanya. Tak jarang ia pun berteriak lalu tertawa gembira, karena berhasil. Dalam benaknya mungkin hanya ada kata mencoba. Mengeksplorasi segala yang mungkin dijangkau. Dalam benaknya ia hanya ingin tahu, apakah ini, apakah itu, apa yang bisa dilakukannya. Eksplorasi sederhana yang bisa jadi berbahaya, namun bermanfaat bagi perkembangan. Eksplorasi yang kadang membuat hati was was. Mengiyakan keinginannya yang tak aman terlalu beresiko, terlebih jika tanpa pengetahuan. Pun, hanya melarang tanpa memberi penjelasan tak akan bermakna baginya. Eksplorasi anak menjadi modal untukku. Belajar lebih banyak, membuka wawasan, dan jeli membaca sekitar. Agar wataknya

Meniru

Siapa aku? Hanya seorang insan biasa, istri dan ibu dari anak yang harus menjadi luar biasa, setidaknya akhlaknya. Karena akhlak tempat bermula karya. Karya akan terasa amat spesial ketika akhlaknya luar biasa. Memacu anak berakhlak baik berarti menunjuk diri sendiri. Memicu lebih untuk menjaga dan memperbaiki sikap lebih baik. Karena teladan akan lebih membekas dibandingkan kata. Karena anak adalah peniru ulung. Berat namun harus mampu. Terlebih dunia sedang sakit. Perlu banyak insan yg taqwa. Meniru itu bakat alami anak, mungkin sifat bawaan untuk diterima lingkungan. Sifat yang terus ada mungkin hingga dewasa. Namun bedanya saat dewasa ia mengolah, memilih sikap yang ditiru. Bakat meniru anak sepertinya luar biasa. Seperti mencetak kue dengan cetakan. Persis. Bakat yang seharusnya cukup untuk membuatku berhati-hati bersikap. Membuatku memutar otak. Membuatku merasa perlu lebih banyak lagi teladan. Seorang teladan yang dimaksum mungkin akan cukup. Karena sikapnya insyaallah tanpa

Cerita tentang LDR (LDM)

Dimulai dari sebuah email, sebuah data. Hmm, tepatnya dimulai dari 'sabotase' sebuah data milikku oleh kakak perempuanku. Sabotase karena tanpa sepengetahuanku sama sekali. Ya.. Tapi jodoh itu akan menemukan jalannya kan? Tak peduli dihalangi jurang sedalam apapun. Perkenalan yang tak begitu lama ataupun intens. Hanya 'sekedar' sharing tentang prinsip, kondisi, aktivitas dan mimpi besar. Perkenalan yang tak memakan waktu hingga bertahun tahun. Namun bukankah jodoh tetap akan menemukan titik kesamaan, titik krusial yang menjadikan hati merasa nyaman. Perkenalan yang tak lama berarti pula jalinan hati yang belum menemukan bentuknya. Ketika ia menegaskan kembali akan ritme kerjanya serta perbedaan ruang dan waktu, hati pun belum paham betul konsekuensi nyatanya. Ia hanya tau, raga kami tak mampu bersua setiap hari, hanya suara dan tulisan. Setelah ijab kabul disahkan, perlahan namun pasti jalinan hati mulai terpilin. Dampaknya, hati mulai tak karuan ketika tiba saat har

Guru Alami

Manusia itu tempatnya khilaf, lupa. Banyak kerjaan dikit, lupa simpan barang. Banyak fokus dikit lupa sedang masak air. Banyak kegiatan dikit, lupa sedang shaum, dsb. Memang sudah fitrahnya, manusia tempat lupa. Apa yang hendak Allah SWT sampaikan dengan memberikan fitrah ini? Bersama dengan fitrah lupa Allah SWT pun memberikan manusia fitrah untuk bersosialisasi, fitrah akal dan fitrah rasa. Manusia dapat menyadari Khilafnya ketika ia bersosialisasi. Ketika menyadari khilafnya ia pun dapat dengan segera mengolahnya dengan rasa dan akalnya untuk mencari solusi, memperbaikinya. Bersosialisasi dengan siapapun, semuda apapun usianya dapat memberikan hikmah yang luarbiasa. Itulah kebesaran Allah SWT, menciptakan segala fitrah tanpa sia sia. Kepolosan anak kecil, yang menyerap tiap-tiap 'informasi' di sekitarnya menjadikan ia guru alami. Ia dapat merefleksikan apa yang didapatnya dengan cara paling sederhana dan lucu. Mengingatkan kita untuk menjaga apa yang dilihat dan didengar

Hati

Hati itu tempat awal laku. Tempat dimana sering terjadi pergolakan, si pro dan kontra. Hati itu bagian dari diri. Seperti tubuh, hati pun perlu asupan gizi. Tak seperti tubuh yang mendapat gizi dari makanan, asupan gizi untuk hati itu abstrak, tak terlihat mata. Dosis gizinya mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Ya, asupan gizi hati itu erat kaitannya dengan ibadah. Ketika ibadahnya baik, maka hati pun akan ada dalam kondisi terbaiknya.. Namun, mengoptimalkan kondisi hati tak semudah membalikkan telapak tangan. Akan ada banyak tantangan untuk mewujudkannya. Besarnya tantangan sebanding dengan manfaat yg didapat. Selain menjaga hati di kondisi terbaiknya,  ibadah-ibadah baik yang wajib maupun sunnah pun dapat menjadi perantara doa kita dikabulkan, selain menjaga kesehatan tubuh. Sebagai bukti akan manfaat kesehatan ini adalah Rasulullah SAW tak pernah sakit kecuali ketika akan meninggal. #ODOPfor99days #day4

Tulisan yang Tertunda

Di suatu agustus, aku duduk diantara ratusan orang. Mendengar banyak kata terlontar dari orang-orang hebat. Entah berapa kata yang berhasil mereka patri di ingatanku. Agustus itu pun aku bertekad, membagi ilmu yang alhamdulillah gratis kudapat, ketika yang lain rela merogoh kocek. Aku berbagi semata karena aku berterima kasih. Agustus itu tak berhasil kurangkum dalam 1 tulisan. Masih banyak tersisa kata yang belum tertuang. Hingga akhirnya mencoba menarik kembali ingatan itu. Bercengkerama. Bercerita tentang kesuksesan. Sukses harus bermula dari keluarga, menjadi anak, pasangan dan orangtua terbaik dahulu. Lalu kesuksesan mesti disokong pula oleh kesehatan. Kesehatan yang bermula dari kesehatan pikiran dan jasmani. Barulah sukses berarti pengelolaan keuangan. Lalu berkarya pada sesama (sosial). Gagasan menarik dari seorang perencana keuangan adalah menjaga kebaikan (kehalalan/ keberkahan) uang yg didapat. Ia sampaikan bahwa harta yang buruk akan dimanfaatkan untuk hal-hal yang buru

Dan Akhirnya

Hari ini gendang #ODOPfor99days #day2 dibunyikan. Saya masih termenung. Bingung. Entah karena kelebatan gagasan yang terlalu cepat berseliweran (hingga tak sempat ditangkap), atau justru karena tak ada satu kelebat gagasan pun yg muncul. Menulis menjadi hal yang menakjubkan padahal. Membuat otak dapat menyampaikan pesan pada kelima inderanya sekaligus. Otak dapat dengan mudahnya meminta tangan bolak-balik melompati tiap-tiap huruf dalam tuts keyboard. Otak pun dengan tanpa beban dapat mengarahkan mata untuk berkedip kedip, bahkan menggerakkan bola mata  seiring dengan pencarian fakta di masa lalu atau pengandaian di masa depan. Pun otak dapat memberikan aba-aba pada mulut untuk berkomat kamit membaca ulang kata-kata yg ditulis. Belum lagi instruksi otak pada telinga sehingga banyak kata dari sekitar terngiang ngiang, minta diperhatikan, diolah lalu dituang dalam tulisan. Hmm.. Sepenting apa sebuah gagasan? Menjaga tulisan tetap pada rel. Jadi ingat tulisan teh shanty sebelum odop dim

Kesan dan Kegemaran

Tak menulis bertahun-tahun di blog ini membuat saya harus berulang kali menekan tombol lupa password. Hehehe.. *DemimenuntaskantantanganODOP Oke.. Untuk menandai niatan untuk konsisten menulis, kita mulai bercerita tentang hobi saya akhir akhir ini, baking. Baking bukan hal yang baru buat saya (meski title saya dalam dunia perbakingan masih tetap pemula.. Hehe). Saya mulai mengenalnya ketika masih di sekolah dasar. Ketika euforia lebaran mulai terasa. Saat itu di ruang tengah rumah sudah penuh oleh bahan dan alat membuat kue kering, khas lebaran. Pengalaman tersebut sangat berkesan, hingga boleh dibilang membuat saya 'terobsesi' membuat aneka kue. Saya mulai senang 'bereksperimen' membuat kue. Bereksperimen mungkin terkesan berlebihan, karena faktanya saya hanya memindahkan resep di buku menjadi nyata.. Tidak mengganti bahan di resep atau bahkan mencoba membuatnya berdasarkan resep sendiri. Tapi meski telah sesuai dengan resep tak jarang kue yg dibuat gatot alias gag