Bismillahirrahmanirrahiim
Anak adalah ujian. Adaaa saja tingkahnya yang membuat emosi Bundanya di ubun-ubun. Melarang ini dan itu seringkali berakhir dengan keacuhan anak. Mungkin larangan malah dijadikan ajang caper si anak. Hari ke12 mempraktekkan komunikasi produktif menjadikan saya jadi lebih aware terhadap kalimat larangan. Berfokus pada apa yang diinginkan katanya. Karena seringkali kalimat larangan malah menggiring tubuh merespon untuk mengerjakannya.
Hari ini, Si Sulung memainkan mainannya tanpa membereskan. Alhasil kamar bak kapal pecah. Awalnya saya tergerak untuk membereskan. Namun langkah saya terhenti, teringat jika saya langsung membereskan apa yang akan dipelajari anak? Bahwa akan ada yang selalu membereskan? Saya pun membiarkan sementara, menunggu Sulung kembali ke kamar. Lalu saya katakan padanya, "Teh, bereskan mainannya yuk. Berantakan" Ia menggeleng, "nggak mau". Saya tak menyerah. Sambil memegang bahunya saya katakan padanya, "Yuk bereskan mainannya. Bunda bantu deh." Ia pun akhirnya ikut serta. "Teh, bunda membereskan yg sebelah sini ya?" Ia mengangguk. Saya pun mulai memunguti mainannya, memasukkan dalam wadahnya. Tanpa saya sadar Ia sedang tertarik dengan minyak zaitun di dekatnya. Ia pun meneteskannya ke wadah mainan. Saya masih belum sadar, meski sebelumnya Ia sempat berceloteh, "Bunda, wadahnya dicuci ya." Saya yang tak tahu duduk permasalahannya hanya melarangnya dan mengatakan bahwa itu akan membuat mainannya basah. Ia masih keukeuh dengan pendiriannya begitu pun saya. Saat sadar bahwa ada minyak di wadahnya saya hanya bisa memandangi dan menegurnya.
Saat itu dengan kata-kata persuasif (fokus pada yg diinginkan) memang berhasil membuatnya mengurungkan niat mencuci wadah, tapi ada yg salah. Tak seharusnya saya masih berfokus pada mainan yg saya bereskan ketika anak saya berkomunikasi. Karena salah satu kaidah komunikasi produktif adalah ketika berkomunikasi, pandang mata anak sejajar mata kita dan ungkapan dengan bahasa, intonasi dan ekspresi yang ramah. Duh, meski sudah hari ke12 ternyata masih saja sering terlupa.
#tantangan10hari #day12
Anak adalah ujian. Adaaa saja tingkahnya yang membuat emosi Bundanya di ubun-ubun. Melarang ini dan itu seringkali berakhir dengan keacuhan anak. Mungkin larangan malah dijadikan ajang caper si anak. Hari ke12 mempraktekkan komunikasi produktif menjadikan saya jadi lebih aware terhadap kalimat larangan. Berfokus pada apa yang diinginkan katanya. Karena seringkali kalimat larangan malah menggiring tubuh merespon untuk mengerjakannya.
Hari ini, Si Sulung memainkan mainannya tanpa membereskan. Alhasil kamar bak kapal pecah. Awalnya saya tergerak untuk membereskan. Namun langkah saya terhenti, teringat jika saya langsung membereskan apa yang akan dipelajari anak? Bahwa akan ada yang selalu membereskan? Saya pun membiarkan sementara, menunggu Sulung kembali ke kamar. Lalu saya katakan padanya, "Teh, bereskan mainannya yuk. Berantakan" Ia menggeleng, "nggak mau". Saya tak menyerah. Sambil memegang bahunya saya katakan padanya, "Yuk bereskan mainannya. Bunda bantu deh." Ia pun akhirnya ikut serta. "Teh, bunda membereskan yg sebelah sini ya?" Ia mengangguk. Saya pun mulai memunguti mainannya, memasukkan dalam wadahnya. Tanpa saya sadar Ia sedang tertarik dengan minyak zaitun di dekatnya. Ia pun meneteskannya ke wadah mainan. Saya masih belum sadar, meski sebelumnya Ia sempat berceloteh, "Bunda, wadahnya dicuci ya." Saya yang tak tahu duduk permasalahannya hanya melarangnya dan mengatakan bahwa itu akan membuat mainannya basah. Ia masih keukeuh dengan pendiriannya begitu pun saya. Saat sadar bahwa ada minyak di wadahnya saya hanya bisa memandangi dan menegurnya.
Saat itu dengan kata-kata persuasif (fokus pada yg diinginkan) memang berhasil membuatnya mengurungkan niat mencuci wadah, tapi ada yg salah. Tak seharusnya saya masih berfokus pada mainan yg saya bereskan ketika anak saya berkomunikasi. Karena salah satu kaidah komunikasi produktif adalah ketika berkomunikasi, pandang mata anak sejajar mata kita dan ungkapan dengan bahasa, intonasi dan ekspresi yang ramah. Duh, meski sudah hari ke12 ternyata masih saja sering terlupa.
#tantangan10hari #day12
Comments
Post a Comment