Skip to main content

Aqil Balig

Dalam hukum islam aqil balig berarti sampainya seseorang pada tahap kedewasaan. Sedangkan secara biologi, aqil balig yaitu masa pubertas yang ditandai dengan alat muncul. Konsekuensi atas aqil balig adalah adanya kewajiban beribadah dan sudah diberikan hak dan kewajiban muamalat sebagai orang dewasa.
Persiapan orangtua agar anak siap menghadapi aqil baligh, pertama menanamkan iman sejak dini. Kedua menyiapkan pola pikir anak. Ketiga mengajak anak berdialog mengenai konsep hidup seorang muslim. Keempat, memberikan kepercayaan agar tumbuh tanggung jawab. Kelima, mengajarkan kemandirian. Keenam, mengajarkan tentang baligh dan taklif beserta tanda-tandanya.
Peran ayah dan ibu dalam mempersiapkan anak aqil baligh adalah
1. Menyamakan tujuan pengasuhan anak
2. Menjadi teladan dan pendidik
3. Menjadi observer
4. Menjadi pendamping
5. Membantu anak membangun karakter leadershipnya
6. Menyiapkan anak menjadi pribadi mandiri dalam tiap aspek
7. Menyiapkan anak menjadi orangtua yang mandiri (siap secara fisik, mental dan spiritual
8. Mengajarkan anak menjadi pribadi yang bertanggungjawab

Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Masalah

Seringkali kekecewaan menghampiri kita ketika sang harap tak kunjung menjadi nyata. Padahal jika kita memberi sedikit waktu untuk hati dan pikiran kita bekerjasama mencari solusi, maka kecewa itu kan berubah menjadi harap lain untuk dipenuhi. Sebagai analogi saya akan mengambil contoh robot. Sebelumnya kita samakan persepsi ya, apa itu Robot? Robot (menurut saya) adalah suatu rangkaian elektronik yang dirancang oleh manusia menjadi suatu fungsi yang dapat membantu pekerjaan manusia, ini bisa juga diartikan mengabdi. Dengan pengertian seperti ini maka kulkas, radio, komputer dan tv termasuk robot. Sekarang apa itu Manusia? Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT untuk beribadah padaNya. Nah dari sisi ini kita bisa melihat adanya kesamaan dalam hubungan manfaat antara manusia dan robot serta manusia dan Allah SWT.

Hayu Naik Kereta

Siang itu di ruang makan rumah eninnya terdengar ramai. Suara kursi digeser serta celoteh anak-anak menggaung. Tak berapa lama kursi telah rapi berjajar dan mereka mulai mengatur siapa dan dimana posisi duduknya. Mereka dengan bersemangat menaikinya dan bernyanyi kereta api. Kreativitasnya siang itu berbekas pada adik pertama Teteh. Ketika Ia di ruang makan dan sedang tak beraktivitas sekonyong konyong Ia menarik kursi sembari berkata 'kereta'. Kreativitas ternyata menular dan mengasikkan.