Skip to main content

Seks, gender dan fitrah seksualitas

Resume atas materi presentasi kelompok bunda sayang 1.
Seks lebih pada sifat biologis pria/wanita, gender lebih pada sifat sosial pada pria/wanita sedang fitrah seksualitas adalah menempatkan cara berpikir merasa dan bersikap sesuai identitas gendernya.
Fitrah seksualitas perlu dibangkitkan agar anak mengerti identitas seksualitasnya, mengenali peran seksualitasnya, serta dapat melindungi dirinya dari kejahatan seksual.
Dalam perjalanan pemahamannya, terdapat beberapa tantangan gender, yaitu:
1. Peterpan syndrom: seorang laki-laki dewasa yang tidak memiliki kematangan sikap.
2. Cinderella complex: seorang perempuan dewasa yang memiliki ketakutam tersendiri untuk dewasa
3. LGBT
4. Pelecehan Seksual
5. Pacaran
Untuk mengatasi tantangan tersebut perlu paham fase dan tahapan seksualitas. Fase seksualitas meliputi
a. Fase Oral, biasanya berlangsung di usia 0-2 tahun, berupa kenikmatan menghisap puting susu ibu.
b. Fase Anal, berlangsung di usia 2-4 tahun, berupa kenikmatan mengeluarkan feses.
c. Fase Phalic, berlangsung di usia 4-7 tahun, berupa kegemaran anak memegang alat kelaminnya.
d. Fase Genital, berlangsung di usia 8-12, berupa ketertarikan terhadap lawan jenis.
Sedangkan tahapan pendidikan seksualitas meliputi
a. Tahap pralatih
Dibagin dua tahapan yaitu pada usia 0-2 tahun dan 3-6 tahun. Pada usia 0-2 tahun anak perlu mendapatkan cinta pada proses meyusui bukan memberi asi. Ibu perlu fokus menyusui tanpa terganggu gadget. Di tahapan ini anak perlu mendapatkan kelekatan dengan ibunya.
Pada usia 3-6 tahun perlu dilatih kemandiriannya dengan tetap terjalin kedekatan dengan ayah dan bundanya.
b. Tahap pre-aqil baligh 1
Tahap ini terjadi pada usia 7-10 tahun. Pada usia ini anak perlu mencontoh peran ayah dan ibu. Maka anak perlu didekatkan sesuai gendernya. Anak laki-laki didekatkan dengan ayahnya sedang anak perempuan didekatkan dengan ibunya.
c. Tahap pre-aqil baligh 2
Terjadi pada usia 11-14 tahun. Pada tahap ini perlu dilakukan penguatan peran ayah dan bunda. Pada tahap ini anak didekatkan lintas gender. Anak laki-laki didekatkan dengan ibunya sedangkan anak perempuan didekatkan dengan ayahnya.
Metode pembelajaran fitrah seksualitas ada 3 yaitu meniru, identifikasi dan pelatihan anak. Anak meniru orangtuanya sejak dini. Maka perlu ada kejelasan peran keduanya. Identifikasi adalah kemampuan anak untuk memilah dan mencontoh orang yang dikaguminya. Pada tahap ini jangan sampai anak mencontoh orang yang salah. Pelatihan anak dilakukan dengan pemberian tanggung jawab dan tugas tugas. Hal ini untuk memahamkan tugas dan kewajiban mereka yang sesuai.
Cara membangkitkan fitrah seksualitas adalah SAyangi, DAmpingi dan tenangkan diRI. Orangtua perlu hadir sepenuhnya dalam pengasuhan anak lalu aktif berkomunikasi sesuai jenjang usianya dan tak panik ketika anak mulai bertanya hal-hal berkaitan dengan seks dan sejenisnya.
Dalam keseharian pembiasaan tentang fitrah seksualitas dapat dilakukan dengan menjelaskan perbedaan laki laki dan perempuan, memahamkannya tentang aurat, dan mengajarinya apa itu pelecehan seksual (sentuhan tidak boleh) melalui lagu.

Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Masalah

Seringkali kekecewaan menghampiri kita ketika sang harap tak kunjung menjadi nyata. Padahal jika kita memberi sedikit waktu untuk hati dan pikiran kita bekerjasama mencari solusi, maka kecewa itu kan berubah menjadi harap lain untuk dipenuhi. Sebagai analogi saya akan mengambil contoh robot. Sebelumnya kita samakan persepsi ya, apa itu Robot? Robot (menurut saya) adalah suatu rangkaian elektronik yang dirancang oleh manusia menjadi suatu fungsi yang dapat membantu pekerjaan manusia, ini bisa juga diartikan mengabdi. Dengan pengertian seperti ini maka kulkas, radio, komputer dan tv termasuk robot. Sekarang apa itu Manusia? Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT untuk beribadah padaNya. Nah dari sisi ini kita bisa melihat adanya kesamaan dalam hubungan manfaat antara manusia dan robot serta manusia dan Allah SWT.

Hayu Naik Kereta

Siang itu di ruang makan rumah eninnya terdengar ramai. Suara kursi digeser serta celoteh anak-anak menggaung. Tak berapa lama kursi telah rapi berjajar dan mereka mulai mengatur siapa dan dimana posisi duduknya. Mereka dengan bersemangat menaikinya dan bernyanyi kereta api. Kreativitasnya siang itu berbekas pada adik pertama Teteh. Ketika Ia di ruang makan dan sedang tak beraktivitas sekonyong konyong Ia menarik kursi sembari berkata 'kereta'. Kreativitas ternyata menular dan mengasikkan.