'Oa.. Oa.. Oa..' Itu suara pertamanya. Cukup untuk membuat kedua ujung bibir tertarik ke atas. Senyum setelah berpayah-payah dengan kontraksi. Detik itu Ia telah menjadi bintang di hati orangtuanya. Mengulas banyak senyum kemudian melihat tingkahnya yang menggemaskan.
Waktu berlalu lalu Ia mulai banyak aksi. Kadang menggemaskan kadang mengesalkan. Hal yang lumrah bukan. Semakin Ia bertumbuh tanpa sadar label anak bintang seringkali bergoyah. Ketika banyak tanda tanya dari sekitar tentang tumbuhnya Ia. Lambatnya berjalan misal atau belumnya Ia mulai berhitung, atau tak senangnya Ia aktif bergerak berlarian. Hal itu sering makin menggoyahkan label anak bintang padanya.
Padahal Ia tetap anak bintang. Dalam diamnya rupanya Ia sedang belajar. Memahami apa dan mencerna kata, ayat atau lainnya. Membuat makin tersadar betapa ucap dan laku ini ada yang memperhatikan.
Di umurnya yang 4 tahun kini, dengan stimulasi yang seadanya. Ia punya bintang dalam hal memori. Ia mampu menceritakan pengalamannya dengan cukup runut dan kosakata yang cukup banyak. Ia senang bercerita. Entah bintang apa lagi yang akan ditemukan kemudian. Namun aku amat yakin Ia adalah bintang besar yang dititipkanNya pada kami.
Angin menyentuh lembut dedaunan di pagi itu. Bak seruling, dedaunan pun berdesir mengirimkan irama-irama merdu. Pagi yang indah untuk memulai hari yang lebih indah. Pagi itu tepat seperti yang direncanakan, aku melangkah menuju tempat para sahabatku telah berkumpul. Kami akan pergi ke salahsatu tempat wisata di kawasan bandung.
Comments
Post a Comment