Momen menunggu mungkin menjadi hal yang menguras emosi. Maka momen ini pun menjadi latihan yang tepat untuk mengelola emosi.
Hari ini, Teteh berkesempatan menemani Bundanya berbelanja. Dikesempatan itu Ia tak lupa untuk meminta jatah jajan (^.^"). Ia meminta ki*o agar yang dikemas panjang dan biasanya dikonsumsi dalam keadaan beku. Setelah memberi syarat hanya boleh 1 pcs tiap hari saya pun memasukkannya ke dalam keranjang belanja.
Sesampainya di rumah, sy masukkan agarnya ke freezer. Disinilah proses menunggu yang membuat Teteh berulang kali bolak balik membuka freezer untuk memastikan agarnya sudah beku. Berulang kali Ia berkata, "Bunda, agarnya sudah beku, hayu dimakan". Berulang kali pula bundanya menjawab, "Belum teh." Jam demi jam berlalu dan agar belum juga membeku. Sejak dimasukkan ke freezer di jam 2 siang (sekitar) sampai Ia akhirnya tertidur setelah azan isya berkumandang pun masih belum beku. Hampir saja teteh menyerah ketika ashar. Ia berkeras ingin memotong agar dan mengkonsumsinya. Namun, saya ingatkan tentang alpukat yang masih keras (belum matang) lalu berkeras Ia buka. Ternyata masih pait dan tak enak untuk dikonsumsi. Akhirnya Ia pun urung memaksakan kehendaknya memotong agarnya. Karena berulang kali pula saya katakan agarnya akan tercecer kemana-mana ketika dipotong sebelum membeku.
Hari ini, latihan mengelola keinginan alhamdulillah sukses. Teteh masih bersabar menunggu agarnya membeku. Tadinya bundanya akan mendokumentasikan agar yg sudah beku di tangan Teteh yang tersenyum. Tapi berhubung sampai teteh tertidur pun masih belum beku akhirnya tak ada dokumentasi. Tapi Bunda bangga pada Teteh. Ia sudah mulai bisa mengelola keinginannya, sudah bisa menalar sebab akibat atas tindakannya (?). Good job, Teh..
#tantangan_hari_ke3
Comments
Post a Comment