Skip to main content

Melatih EQ, Mengelola Emosi (Sabar) dalam Beraktivitas

Bismillahirrahmaanirrahiim..

Pernah ga pas lagi banyak kerjaan dan lalu anak 'berkarya'? Pernah kayaknya ya.. Menguras emosi biasanya klo udah gini. Hehe. Ini yg terjadi di saya sih. Seringkali meninggi suaranya diawal meski lalu diturunkan lagi karena sadar ga berguna sikap seperti itu. Ketidakcakapan mengelola emosi ini mungkin ga sih tertangkap oleh anak? Mungkin banget. Klo udah gini anak pun bisa menginternalisasikannya lalu Ia pun menjelma jadi anak yang tak cakap mengelola emosi. NOOO. 
Hari ini dalam rangka latihan mengelola emosi, saya dan sulung beraktivitas bersama, Memasak. Sudah lumayan lama ga masak bareng. Masak bareng anak seperti apa? Pastinya ya begitu deh.. Ada 'drama' anak mainin adonan.. Hehe. Nah disinilah latihan buat Bundanya untuk mengelola emosi dan menyampaikan perasaan Bunda jika Sulung mulai bermain adonan. Menyampaikan perasaan jadi latihan cerdas emosi juga kan? Dengan latihan ini harapannya Sulung bisa mulai menceritakan perasaannya dan mengurangi frekuensinya tantrum.
Back to masak. Sulung excited sekali diajak masak. Ia mulai ingin dilibatkan. Ia mulai ikut menyiapkan bahan dengan instruksi dari Bundanya. Mulai dari ambil terigu, memilah udang, ambil sendok, garam dan bahan lainnya Ia lakoni.
Setelah bahan dan alat lengkap saatnya beraksi. Sulung mulai berbinar. Ia berupaya mengambil alih semua yg dikerjakan Bundanya. Ini tantangan buat bundanya agar tetap terkelola emosinya. Karena kan biasanya ingin cepat beres, dan bantuan anak biasanya menambah waktu pengerjaan. Maka, untuk memfasilitasi anak berkarya saya mengizinkannya beraksi dengan pengawasan. Mengoreksi ketika ada kesalahan dan tak lupa mengobrol, menanyakan perasaannya dan tetap memintanya bersabar dan berusaha ketika ada kesulitan. Seperti saat Ia berhenti mengaduk adonan pelapis (cair), padahal, adonan tersebut belumlah tercampur rata. Memberikan contoh dan arahan pada akhirnya membuatnya berhasil menyelesaikannya. Hari pertama tantangan mengelola emosi sudah selesai. Kesimpulannya masih perlu banyak berlatih mengelola emosi. Semoga semakin hari pengelolaan emosi baik Bunda maupun Sulung makin baik.
#tantangan_hari_kesatu

Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Masalah

Seringkali kekecewaan menghampiri kita ketika sang harap tak kunjung menjadi nyata. Padahal jika kita memberi sedikit waktu untuk hati dan pikiran kita bekerjasama mencari solusi, maka kecewa itu kan berubah menjadi harap lain untuk dipenuhi. Sebagai analogi saya akan mengambil contoh robot. Sebelumnya kita samakan persepsi ya, apa itu Robot? Robot (menurut saya) adalah suatu rangkaian elektronik yang dirancang oleh manusia menjadi suatu fungsi yang dapat membantu pekerjaan manusia, ini bisa juga diartikan mengabdi. Dengan pengertian seperti ini maka kulkas, radio, komputer dan tv termasuk robot. Sekarang apa itu Manusia? Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT untuk beribadah padaNya. Nah dari sisi ini kita bisa melihat adanya kesamaan dalam hubungan manfaat antara manusia dan robot serta manusia dan Allah SWT.

Hayu Naik Kereta

Siang itu di ruang makan rumah eninnya terdengar ramai. Suara kursi digeser serta celoteh anak-anak menggaung. Tak berapa lama kursi telah rapi berjajar dan mereka mulai mengatur siapa dan dimana posisi duduknya. Mereka dengan bersemangat menaikinya dan bernyanyi kereta api. Kreativitasnya siang itu berbekas pada adik pertama Teteh. Ketika Ia di ruang makan dan sedang tak beraktivitas sekonyong konyong Ia menarik kursi sembari berkata 'kereta'. Kreativitas ternyata menular dan mengasikkan.