Seorang manusia tentu tak bisa lepas dari egonya. Begitupun seorang anak. Ia selalu ingin menjadi orang yang terdepan, paling bisa mengerjakan sesuatu yang diminta padanya. Seorang anak ingin selalu mendapat pengakuan atas kebaikan yang dikerjakannya. Jika hal ini tak terpenuhi, siap-siap mendapati Ia mutung di tengah masa Ia mulai mencoba konsisten mengerjakan kebaikan.
Saya berusaha membeikan apresiasi pada anak ketika Ia telah berhasil melakukan sesuatu. Apapun, jika hal itu bukan melakukan hal yang terlarang yang membahayakan jiwa dan raganya. Saya mencoba apresiasi tindakannya mencuci piring sendiri. Saya pun apresiasi Ia ketika Ia berhasil memakai bajunya sendiri. Hal ini selalu membuatnya tersenyum, entah dengam tersipu atau lebar.
Ayahnya saat ini mendukung upaya apresiasi ini dengan bentuk reward. Ketika Ia berhasil mengerjakan sesuatu maka Ia akan mendapatkan hadiah. Di titik kritis ini menjadi kartu sakti. Ia menjadi tambah sumringah untuk mengerjakannya.
Hari-hari memantapkan krmandiriannya memakai baju sendiri masih maju mundur. Namun semoga dengan apresiasi apresiasi yang coba kami berikan padanya membentuk kepercayaannya pada titik bahwa kemandirian itu baik, menyenangkan dan membahagiakan orangtuanya.
Angin menyentuh lembut dedaunan di pagi itu. Bak seruling, dedaunan pun berdesir mengirimkan irama-irama merdu. Pagi yang indah untuk memulai hari yang lebih indah. Pagi itu tepat seperti yang direncanakan, aku melangkah menuju tempat para sahabatku telah berkumpul. Kami akan pergi ke salahsatu tempat wisata di kawasan bandung.
Comments
Post a Comment