Memandirikan anak menjadi 1 dari sekian poin dalam mendidik anak untuk sampai pada titik aqil baligh nanti. Mandiri tak akan pernah berhasil jika kita pun tak memberikan kepercayaan penuh pada anak.
Qadarullah, kamis tanggal 30 November yang lalu ketika tantangan kemandirian dimulai, kami ditegur olehNya. Anak sulung kami jatuh dari ketinggian. Alhamdulillah cedera yg terlihat masih dalam taraf tak begitu mengkhawatirkan. Ia masih tetap sadar dan sesekali ceria meski sesekali meronta jika dokter atau suster menghampiri. Meski bisa dibilang tak begitu mengkhawatirkan ada momen-momen dimana kamis itu kami panik, bingung dan lemas.
Oke, cukup ceritanya mari back to topic. Kepercayaan pada anak, tetap perlu mendapatkan perhatian. Tetap perlu diawasi. Hasil refleksi kami, orangtuanya, nampaknya kejadian ini semacam teguran pada kami, ketika kami terlalu percaya dan yakin bahwa anak kami sudah tau mana yang berbahaya dan mana yang tidak (sebelum kejadian ayahnya berulang kali mengingatkan tentang tempat yang berbahaya). Ke-tak-awasan kurang dari 1 menit berakibat hal yang membahayakan.
Akhirnya kemandirian yang coba kami latih tertunda beberapa saat karena kepercayaan yang berlebihan. Beberapa hari lamanya ia perlu dibantu karena selang infus yang terpasang di tangannya. Kepercayaan perlu dibarengi pengawasan, agar mudah untuk memberikan masukan yang membangun.
Angin menyentuh lembut dedaunan di pagi itu. Bak seruling, dedaunan pun berdesir mengirimkan irama-irama merdu. Pagi yang indah untuk memulai hari yang lebih indah. Pagi itu tepat seperti yang direncanakan, aku melangkah menuju tempat para sahabatku telah berkumpul. Kami akan pergi ke salahsatu tempat wisata di kawasan bandung.
Comments
Post a Comment