IIP adalah komunitas yang sudah saya kenal sejak saya masih belum menikah. Pada awalnya kuliah-kuliah di IIP dilakukan secara online melalui wiziq. Kendala kuota internet yang terbatas seringkali menjadi tantangan untuk mengikuti kuliah online ini. Alhamdulillah tak lama sejak kenal IIP aplikasi WhatsApp menjamur. Dengan adanya aplikasi ini IIP mulai ramai di wag.
Amanah pertama saya di IIP Bandung adalah mendampingi kakak saya di RB Cimahi. Setelahnya, saya pun mencoba tantangan lain untuk menjadi fasilitator Bunda Sayang.
Bunda sayang adalah tangga pertama dalam
kurikulum IIP yang menjadi salah satu pijakan pertama dalam pendampingan anak. Anak adalah salah satu konsumen utama seorang Ibu. Seringkali anak menjadi indikator dalam aktivitas kita. Protes anak menjadi lampu merah akan aktivitas kita. Protes anak menjadi pertanda ada yang salah akan aktivitas kita.
Mengapa pada akhirnya saya memberanikan diri menjadi fasilitator bunda sayang?
Pada akhirnya saya menyadari saya ingin menjadi bunda kesayangan anak-anaknya. Menjadi fasilitator tak berarti telah lulus dalam bunda sayang. Namun, fasilitator berarti kesempatan lebih untuk mengenal kembali tahapan pendampingan anak. Fasilitator adalah kesempatan untuk menjadi orang pertama yang mendapat materi, mendalami dan mempraktekkannya.
Menjadi fasilitator memberikan saya kesempatan untuk mengasah kemampuan menggali ilmu dari teman-teman member yang sudah lebih berpengalaman. Selain tentu saja menerangkan materi sesuai dengan kesepakatan.
Apa saja keseruan di grup?
Dalam aktivitas wag, diskusi tentang pengasuhan selalu seru. Pengalaman para member grup sebagai seorang ibu, mendampingi anak dengan tingkah polah nya yang beragam menjadi tantangan sendiri. Kesabaran dan konsistensi menjadi bab yang seringkali menjadi tantangan bagi setiap orangtua. Seringkali diskusi di grup semakin seru karena banyaknya pengalaman member. Keinginan para member untuk berbagi dalam forum semakin menyemarakkan grup.
Tantangan terberat sebagai fasilitator?
Grup bukan hanya berisi para member yang memiliki anak balita, namun pula para anak usia sekolah bahkan remaja. Tugas fasilitator adalah untuk memfasilitasi semua member tersebut. Pengalaman fasilitator yang belum mumpuni dalam mendampingi anak (karena usia anak yang masih balita) seringkali menjadi tantangan. Satu-satunya cara menjembatani ini adalah dapat menemukan narasumber yang tepat atau membekali diri dengan pengetahuan dari buku-buku parenting yang ada. Ini sesuai dengan bakat input yang (rasanya) saya miliki. Bakat ini perlu saya barengi dengan kemampuan manajemen saya yang belum terlalu baik.
Bakat yang termenej dengan baik akan mampu menjadikan grup yang saya fasilitasi menjadi lebih hidup. Dengan lebih hidup nya grup maka ilmu yang dimiliki para member dapat lebih terfasilitasi.
Semoga dengan semakin pahamnya fasilitator dan member tentang ilmu Bunda Sayang menjadikan member pada khususnya dan para ibu pada umumnya lebih baik dalam membersamai anak-anaknya. Hal ini tentu dapat melejitkan potensi yang dimiliki anak-anak.
Comments
Post a Comment