Skip to main content

Cerita tentang LDR (LDM)

Dimulai dari sebuah email, sebuah data. Hmm, tepatnya dimulai dari 'sabotase' sebuah data milikku oleh kakak perempuanku. Sabotase karena tanpa sepengetahuanku sama sekali. Ya.. Tapi jodoh itu akan menemukan jalannya kan? Tak peduli dihalangi jurang sedalam apapun.
Perkenalan yang tak begitu lama ataupun intens. Hanya 'sekedar' sharing tentang prinsip, kondisi, aktivitas dan mimpi besar. Perkenalan yang tak memakan waktu hingga bertahun tahun. Namun bukankah jodoh tetap akan menemukan titik kesamaan, titik krusial yang menjadikan hati merasa nyaman.
Perkenalan yang tak lama berarti pula jalinan hati yang belum menemukan bentuknya. Ketika ia menegaskan kembali akan ritme kerjanya serta perbedaan ruang dan waktu, hati pun belum paham betul konsekuensi nyatanya. Ia hanya tau, raga kami tak mampu bersua setiap hari, hanya suara dan tulisan.
Setelah ijab kabul disahkan, perlahan namun pasti jalinan hati mulai terpilin. Dampaknya, hati mulai tak karuan ketika tiba saat harus berpisah sementara. Mulailah ia merasa makna LDR. Mulailah terasa tantangan di bulan awal, menjaga komunikasi agar jalinan hati ini semakin erat. Ketika raga kembali bersua, pada akhirnya tak rela jika diselingi marah, karena waktu yg sempit.
Beginilah LDR, bertumpu pada komunikasi. Belajar lebih saling memahami, juga mempercayai. Saling menjaga diri, saling mendoakan.
#ODOPfor99days #day6

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Kecil

Angin menyentuh lembut dedaunan di pagi itu. Bak seruling, dedaunan pun berdesir mengirimkan irama-irama merdu. Pagi yang indah untuk memulai hari yang lebih indah. Pagi itu tepat seperti yang direncanakan, aku melangkah menuju tempat para sahabatku telah berkumpul. Kami akan pergi ke salahsatu tempat wisata di kawasan bandung.

Tantangan hari ke-16

Nampaknya harus bangk banyak beristighfar. Lembab masih saja belum pergi. Tgl 19 April memang sempat berpergian. Apa masih jetlag? Kan sudah 3 hari berlalu. Sudah badge 'need improvement' yang kesekian. Huft

Tantangan hari ke18

Alhamdulilah.. mulai kembali menggoreskan catatan di jurnal. Jurnal itu memang menyenangkan tapi kenapa ya susah untuk konsisten? Apa karena menulis jurnal perlu dipikirkan? Badge satisfactory untuk menyemangati hari hari selanjutnya untuk konsisten.