Skip to main content

Sebuah Festival di Agustus Ceria

Satu hari di bulan Agustus kemarin menjadi pengalaman perdana keluar rumah sejak dini hari dan kembali saat orang rumah sudah terlelap. Semua ini akibat dari sebuah acara spesial di Jakarta. Mengapa spesial? Karena di hari itu aku mendapatkan materi multi bidang namun satu tujuan, yaitu ‘Sukses Mulia’. Ada yang tak kenal dua kata ini? Hmm.., baiklah akan aku jelaskan (seperti yang pernah dijelaskan oleh saudariku), dua kata itu adakah jargon yang diperkenalkan oleh Bapak Jamil Azzaini. Maksud dari kata ini adalah sukses itu bukan hanya berdampak pada diri dan keluarganya tapi juga pada orang lain yang ada di sekitarnya.

Demi memfasilitasi jargon ini, rangkaian materi di festival benar-benar komplit dan menyeluruh. Dimulai dari materi pernikahan dan parenting pada dua sesi pertama dan dilanjutkan dengan kesehatan dan perencanaan keuangan di dua sesi selanjutnya. Empat sesi awal ini dirancang untuk dijadikan dasar dari kesuksesan. Baru kemudian di sesi selanjutnya dibahas ttg jalan kesuksesan, melaui bisnis dan kebermanfaatan sebagai pribadi. Banyak juga penjabaran tentang memperlebar jaringan via socmed dan tenteng cara belajar di era ini. Terakhir acara ditutup oleh penampilah khusus Bpk Jamil Azzaini dengan Mukjizat Cinta.

Banyaaaakkk sekali pelajaran yang didapat dari FSM kali ini, dan kali ini ingin bahas ttg dua sesi awal (soalnya akan panjang sekali tulisannya kalau semua sesi langsung disarikan :p). Mari dimulaaaiiii…. Hm, tapi sebelum mulai saya kutip kata-kata Pak Jamil Azzaini dulu saat sesi terakhir. Kira-kira begini nih kata-katanya
‘Sebuah kesuksesan membutuhkan sebuah energy untuk bergerak. Energi yang tak pernah habis bersumber pada cinta (Tuhan, orang2 yang dicintai, dan negara)’
Jadi jika cinta itu rusak maka tentu saja tidak akan ada energy untuk mencapai kesuksesan. Sejalan dengan hal itu Pak Noveldi di sesi pembuka berkata, ‘Kegagalan dalam berbisnis dapat membangkitkan semangat untuk membuat bisnis yang lain. Namun, kegagalan dalam berrumah tangga hanya akan membuat luka yang berbekas’.

Rasanya banyak yang akan sepakat jika Pak Noveldi menyebutkan pernikahan sebagai sarana pendewasaan mental dan spiritual. Olehkarenanya jelas kesuksesan sebuah pernikahan akan menjadi modal kesuksesan dalam karier (kan sudah teruji kedewasaan mental dan spiritualnyaJ). Sepanjang materi Pak Noveldi menjabarkan masalah yang umum terjadi dan tentu saja solusinya. Beberapa saran Pak Noveldi tentang pernikahan adalah (1) Belajar, tambah ilmu tentang pernikahan dan yang berkaitan dengannya, (2) Kenalilah diri dan pasangan, caranya buat seolah-olah kita sedang membuat biografi pasangan, (3) Kesampingkan ego anda, saling hargai kehadiran pasangan (percaya wanita bisa mengerti pria dan pria bisa mengerti wanita), (4) Perhatikan bibit apa yang anda tanam sebelum anda mengklaim telah menjadi pasangan yang baik, (5) Selalu libatkan Allah SWT dalam setiap proses menuju keluarga SAMARA.

Sejalan dengan materi yang disampaikan Pak Noveldi, Ibu Elly Risman menyambung tentang posisi orangtua dalam tujuan pengasuhan di sesi kedua. Baca judulnya sempet membuat aku bingung loh… Apa sih arti ‘tujuan pengasuhan’ itu? Beruntungnya Ibu Elly langsung membuat analogi permainan bola. Bagaikan sebuah permainan bola, pengasuhan tanpa tujuan ibarat pemain dan bola tanpa sebuah gawang pun. Anak dioper kesana kemari tanpa bisa masuk ke gawang dan menjadi sebuah gol (karena ga ada gawangnya). Sebuah permainan bola dengan gawang pun tidak serta merta membuat tendangan seorang pemain menjadi gol, apalagi tanpa gawang. Akibatnya anak akan menghilang dalam peredaran, tak jelas akan menjadi apa mereka.

Orangtua saat ini cenderung berfokus pada hal materialistis. Padahal yang nanti dipertanggungjawabkan di hadapanNya adalah amanahnya sebagai orangtua. Kewajiban orangtua lah mengajarkan anak-anaknya menjadi pribadi yang taqwa. Tentunya hal ini pada akhirnya menjadikan anak tersebut calon pasangan dan orangtua yang baik serta memiliki ilmu/keahlian untuk mencari nafkah.

Ketiadaan tujuan pengasuhan meningkatkan perilaku freesex pada umur kelas 5 SD menjadi lebih dari 50%. Ketiadaan orangtua meningkatkan perilaku homoseks menjadi 400% (fakta yang membuatku bergidik, Na’udzubillah..). Dengan semangat yang menggebu Ibu Elly pun menjelaskan penyebabnya.  Anak perempuan tanpa sosok seorang ayah yang menghargai kehadirannya menjadikan ia mencari lelaki yang dapat menghargainya. Ketiadaan sosok ayah pada anak lelaki meningkatkan kemungkinan ia menginstall karakter perempuan dalam otaknya yang diwarisi dari ibunya (karena sering berinteraksi dengan kegiatan-kegiatan ibunya seperti nyalon atau arisan).

Fakta Ibu dan ayah memiliki pola pikir yang berbeda pun membuat perintah seorang Ibu bisa hanya akan membingungkan anak lelakinya. Selain itu fakta wanita dan pria yang berbeda sebenarnya menimbulkan fitrah seorang Ibu dan Ayah. Seorang wanita ketika ia stress akan menghasilkan sebuah hormon yang akan menghambat hormon lain yang membantu kedekatan seorang Ibu dan bayinya. Artinya bayinya pun akan terhambat pertumbuhannya. Maka dari itu fitrah seorang wanita adalah Ibu dan Islam pun tak mewajibkan wanita untuk bekerja dan mewajibkan pria bekerja.

Comments

  1. Mayy, aku tau nulis itu ngabisin banyak waktu, apalagi kalo yg mau disampein itu banyaaakk sekali...

    Tapi tolong terusin doong tulisan inii yaaa,,, sampe bagian perencanaan keuangannya yayayaya :D

    ReplyDelete
  2. Hehe... insyaallah part dua-nya segera ditulis... tunggu tanggal mainnya aja ya... siap2 kena tag lagi :D

    ReplyDelete
  3. Mahyaaa, lanjutin dong bahasannya. Hehehe

    ReplyDelete
  4. oke fril...(bener afrila kan ya :p)
    tunggu tanggal maennya aja... lagi nulis drafnya ni, lagi 'bongkar-bongkar' catetan... hehehe ;p

    ReplyDelete
  5. iyaa bagus bangeet,, penasaran sama lanjutannya :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Belajar dari Masalah

Seringkali kekecewaan menghampiri kita ketika sang harap tak kunjung menjadi nyata. Padahal jika kita memberi sedikit waktu untuk hati dan pikiran kita bekerjasama mencari solusi, maka kecewa itu kan berubah menjadi harap lain untuk dipenuhi. Sebagai analogi saya akan mengambil contoh robot. Sebelumnya kita samakan persepsi ya, apa itu Robot? Robot (menurut saya) adalah suatu rangkaian elektronik yang dirancang oleh manusia menjadi suatu fungsi yang dapat membantu pekerjaan manusia, ini bisa juga diartikan mengabdi. Dengan pengertian seperti ini maka kulkas, radio, komputer dan tv termasuk robot. Sekarang apa itu Manusia? Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT untuk beribadah padaNya. Nah dari sisi ini kita bisa melihat adanya kesamaan dalam hubungan manfaat antara manusia dan robot serta manusia dan Allah SWT.

Hayu Naik Kereta

Siang itu di ruang makan rumah eninnya terdengar ramai. Suara kursi digeser serta celoteh anak-anak menggaung. Tak berapa lama kursi telah rapi berjajar dan mereka mulai mengatur siapa dan dimana posisi duduknya. Mereka dengan bersemangat menaikinya dan bernyanyi kereta api. Kreativitasnya siang itu berbekas pada adik pertama Teteh. Ketika Ia di ruang makan dan sedang tak beraktivitas sekonyong konyong Ia menarik kursi sembari berkata 'kereta'. Kreativitas ternyata menular dan mengasikkan.