Skip to main content

Mentari di Negeri Air (Versi 2) part 1

Pagi yang cerah untuk mulai melangkahkan kaki. Sang air, yang sedari tadi hanya bergelantung di kantung awan makin tak berani turun menginjak tanah. Ia hanya bisa memaksakan senyumnya pada mentari yang tengah bersiap menyambut bumi yang berjalan menujunya.
"halo air..., apa kabar?"sapa mentari dengan hangat
"baik.. alhamdulillah... nampaknya kau sangat bersemangat seperti biasanya"
"ya tentu saja..., hari ini aku diijinkan bertemu dengan bumi di sisi yang lain. Itu artinya aku akan bertemu dengan tanah yang selalu memperlihatkan senyumnya." Mentari tersenyum lebar, membuat air mengedip. "Air apa kau tidak menyukainya?" Tanya mentari.
"Menyukai apa?"
"Aku menyapa tanah. Mukamu terlihat sedih"
"Oh, bukan begitu, aku merindukan tanah, meski baru beberapa hari lalu aku melewati dan menyapanya. Seperti yang kau tau, di sini, sekali kami para air meninggalkan tanah, itu artinya kami bisa sangggaaat lama bertemu dengan tanah, karena kami harus mengikuti awan." Sanggah Air. Mentari tersenyum
‘Tahukah kau Mentari?’ gumam Air. ‘Aku ingin tetap di tanah karena dia ramah. Tapi kau, mentari, membuatku menemui awan’
Mentari berputar sejenak, melihat sekitar, lalu berkata "Kau benar, perjalanan kau dan teman-temanmu panjang." Kata-katanya henti sesaat, tampak dari wajahnya ia sedang berpikir. "Ah, apa kau ingin aku menyampaikan salammu untuknya?" katanya tiba-tiba dengan sumringah
"Apa? Mm.. tak usah terimakasih.."
Tiba-tiba angin meniup sang awan sangat kencang, membuat sang air terkejut dan berteriak pada mentari ‘mentari, kurasa ada tempat yang harus kukunjungi. Sampai bertemu lagi. Berbaik-baiklah dengan tanah’

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Kecil

Angin menyentuh lembut dedaunan di pagi itu. Bak seruling, dedaunan pun berdesir mengirimkan irama-irama merdu. Pagi yang indah untuk memulai hari yang lebih indah. Pagi itu tepat seperti yang direncanakan, aku melangkah menuju tempat para sahabatku telah berkumpul. Kami akan pergi ke salahsatu tempat wisata di kawasan bandung.

Belajar dari Nabi Sulaiman dan Burung Hud-hud

Pemimpin biasanya dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu acara atau organisasi. ternyata dalam alquran pun telah ada kisah teladan kepemimpinan Nabi Sulaiman a.s. dan salah satu anak buahnya, burung hud-hud 20. Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa Aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. 21. Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas." 22. Maka tidak lama Kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang engkau belum mengetahuinya. Aku datang kepadamu dari negeri Saba membawa suatu berita yang meyakinkan. 23. Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar. 24. Aku (burung Hud) dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah; dan syaitan telah menjadikan terasa indah bagi mereka p...

Biarkan Pendidikan Memilih

Dewasa ini permasalahan SDM lebih dominan terlihat di negeri ini. Tentu saja ini berkaitan dengan SDM negeri ini yang luar biasa besar. Meski kuantitasnya luar biasa besar, sampai saat ini belum ada kesamarataan kualitas SDMnya. Masih ada ketimpangan antara orang-orang yang berilmu (paham) serta yang tidak. Sangat timpang bahkan. Lihat saja… di negeri ini pelajar yang tawuran dan pelajar yang mencetak tinta emas pada kejuaraan internasional ‘berebutan tempat’ di ruang berita. Orang yang taat peraturan dan yang tak peduli pun mudah terlihat di jalanan. Miris… hanya itu yang dapat menggambarkannya. Apa yang salah? Menelusuri pendidikan tampaknya menjadi gerbang utama pembuka tabir ini. Membahas pendidikan memunculkan bayangan akan tiap tetes peluh para ‘tumpuan pendidikan’. Terbayang pula kerasnya mereka ‘memutar otak’ untuk menyuapi otak-otak cemerlang anak didiknya. Menjadi ketegaan yang amat buruk jika mempersalahkannya. Namun fakta tak selalu seindah bayangan. Saat ini tak lagi ...