Pagi yang cerah untuk mulai melangkahkan kaki.
Sang air, yang sedari tadi hanya bergelantung di kantung awan makin tak berani turun
menginjak tanah. Ia hanya bisa memaksakan senyumnya pada mentari yang tengah
bersiap menyambut bumi yang berjalan menujunya.
"halo air..., apa kabar?"sapa mentari
dengan hangat
"baik.. alhamdulillah... nampaknya kau
sangat bersemangat seperti biasanya"
"ya tentu saja..., hari ini aku diijinkan
bertemu dengan bumi di sisi yang lain. Itu artinya aku akan bertemu dengan
tanah yang selalu memperlihatkan senyumnya." Mentari tersenyum lebar,
membuat air mengedip. "Air apa kau tidak menyukainya?" Tanya mentari.
"Menyukai apa?"
"Aku menyapa tanah. Mukamu terlihat
sedih"
"Oh, bukan begitu, aku merindukan tanah,
meski baru beberapa hari lalu aku melewati dan menyapanya. Seperti yang kau
tau, di sini, sekali kami para air meninggalkan tanah, itu artinya kami bisa sangggaaat
lama bertemu dengan tanah, karena kami harus mengikuti awan." Sanggah Air.
Mentari tersenyum
‘Tahukah kau Mentari?’ gumam Air. ‘Aku ingin
tetap di tanah karena dia ramah. Tapi kau, mentari, membuatku menemui awan’
Mentari berputar sejenak, melihat sekitar, lalu
berkata "Kau benar, perjalanan kau dan teman-temanmu panjang."
Kata-katanya henti sesaat, tampak dari wajahnya ia sedang berpikir. "Ah, apa
kau ingin aku menyampaikan salammu untuknya?" katanya tiba-tiba dengan
sumringah
"Apa? Mm.. tak usah terimakasih.."
Tiba-tiba angin meniup sang awan
sangat kencang, membuat sang air terkejut dan berteriak pada mentari ‘mentari,
kurasa ada tempat yang harus kukunjungi. Sampai bertemu lagi. Berbaik-baiklah
dengan tanah’
Comments
Post a Comment