26 Maret jam 15.00 tepat 22 tahun yang lalu nyanyian mengalun dari bibirku, nyanyian kebangsaan para bayi di dunia. Nyanyianku mungkin tak semerdu suara adzan sang muadzin sepanjang masa, namun nyanyian itu berhasil merekahkan senyum kedua orangtuaku serta saudara-saudaraku, ya… atas izinnya aku memulai perjalananku di dunia bersama orangtuaku dan dua kakak yang telah lebih dulu menatap dunia.
Beriringan dengan sang waktu aku bertumbuh. Dipandu ibuku, aku mulai mengenal Allah SWT dan agamaku, aku bahkan mengenal lebih banyak hal lagi dari sosok ibuku. Waktu terus berlalu, kenakalanku dan kejailanku mulai muncul ke permukaan. Dikala kejailaku memuncak ibuku seringkali malah menceritakan kepadaku banyak hal termasuk cerita ketika aku dilahirkan. Saat itu aku belum paham benar apa yang dirasakan ibu tercintaku ini, hingga akirnya sang waktu mempertemukanku dengan keponakanku, anak dari kakak perempuanku, dari kakakku inilah aku mulai paham perjuangan seorang ibu melahirkan anaknya
Layaknya orangtua kebanyakan, orangtuaku pun memberi porsi pelajaran agama pada anak-anaknya. Porsi ini mulai aku dapatkan saat aku bersekolah di TK AP yang bermuatan islam, TPA, SDIT AP, pun berupa dukungan ketika aku ingin masuk ke SMP Islam DH (mengikuti jejak salah seorang sahabatku). Porsi ini agak melonggar saat SMA, aku didorong untuk bersekolah di SMA favorit di Bandung, walaupun begitu kakak perempuanku tetap memberi porsi ini dengan sharing-sharingnya, sampai-sampai jika aku terlambat pulang untuk alasan yang kurang baik, aku akan mendapat teguran kakakkun selain ortu. Dari kakakku pula aku berkenalan dengan mentoring islam, dan bertemu dengan teteh-teteh mentor yang keren-keren dan menginspirasi.
Saat aku bersekolah di SDIT aku bertemu dengan guru-guru kelas dunia. Selain mengajarkanku ilmu-ilmu layaknya SD konvensional lainnya, sekolah pilihan ibuku ini juga mengajariku akidah-akhlaq, fikih, sejarah kebudayaan islam, bhs. Inggris, bhs. Arab, empati, kebersamaan, dsb. Aku bahkan sudah belajar bersanlat (sampai menginap) di sekolah saat kelas 5. Sanlat yang berbeda dari sanlat kebanyakan.Ide-ide mereka yang menarik membuat sekolahku lebi menyenangkan. Guru-guru kerenku yang banyak ide inilah inspirator-inspirator awalku.
Ternyata pertemuanku dengan sang waktu, bukan hanya mengenalkanku pada guru-guru kelas dunia namun juga mempertemukanku dengan berbagai aktivitas mulai belajar hingga berorganisasi. Dari sinilah aku dipertemukan dengan sahabat-sahabat terbaikku, yang rela bercengkrama bahkan bertukar pikiran denganku, padahal adakalanya mereka sibuk. Perbedaan pun mewarnai persahabatan ini namun justru perbedaan inilah yang kian menguatkanku untuk saling mendukung dalam kebaikan.
Kini 22 tahun kemudian dengan berbekal ilmu-ilmu yang diberikan bukan hanya dari ayah dan ibuku, namun juga dari ayah dan ibu lainnya serta calon ayah dan ibu lainnya, bukan hanya dalam tataran kata, namun juga tindakan-tindakan nyata dan teguran-teguran mereka kepadaku, aku melangkah.
Karenanya aku ingin berterimakasih kepada semua ibu, ayah, calon ibu dan calon ayah yang telah membantuku sampai di titik ini (menjadi seorang yg berusaha tegak berdiri menyongsong semua, mengambil hikmah dari setiap kejadian, menyerap ilmu dari semua orang dan menjadi teladan). Terimakasih atas jerih payhnya telah memberikanku arti tentang hidup dan berkarya. Road to inspiring woman, with all woman in world. Doakan aku...
Beriringan dengan sang waktu aku bertumbuh. Dipandu ibuku, aku mulai mengenal Allah SWT dan agamaku, aku bahkan mengenal lebih banyak hal lagi dari sosok ibuku. Waktu terus berlalu, kenakalanku dan kejailanku mulai muncul ke permukaan. Dikala kejailaku memuncak ibuku seringkali malah menceritakan kepadaku banyak hal termasuk cerita ketika aku dilahirkan. Saat itu aku belum paham benar apa yang dirasakan ibu tercintaku ini, hingga akirnya sang waktu mempertemukanku dengan keponakanku, anak dari kakak perempuanku, dari kakakku inilah aku mulai paham perjuangan seorang ibu melahirkan anaknya
Layaknya orangtua kebanyakan, orangtuaku pun memberi porsi pelajaran agama pada anak-anaknya. Porsi ini mulai aku dapatkan saat aku bersekolah di TK AP yang bermuatan islam, TPA, SDIT AP, pun berupa dukungan ketika aku ingin masuk ke SMP Islam DH (mengikuti jejak salah seorang sahabatku). Porsi ini agak melonggar saat SMA, aku didorong untuk bersekolah di SMA favorit di Bandung, walaupun begitu kakak perempuanku tetap memberi porsi ini dengan sharing-sharingnya, sampai-sampai jika aku terlambat pulang untuk alasan yang kurang baik, aku akan mendapat teguran kakakkun selain ortu. Dari kakakku pula aku berkenalan dengan mentoring islam, dan bertemu dengan teteh-teteh mentor yang keren-keren dan menginspirasi.
Saat aku bersekolah di SDIT aku bertemu dengan guru-guru kelas dunia. Selain mengajarkanku ilmu-ilmu layaknya SD konvensional lainnya, sekolah pilihan ibuku ini juga mengajariku akidah-akhlaq, fikih, sejarah kebudayaan islam, bhs. Inggris, bhs. Arab, empati, kebersamaan, dsb. Aku bahkan sudah belajar bersanlat (sampai menginap) di sekolah saat kelas 5. Sanlat yang berbeda dari sanlat kebanyakan.Ide-ide mereka yang menarik membuat sekolahku lebi menyenangkan. Guru-guru kerenku yang banyak ide inilah inspirator-inspirator awalku.
Ternyata pertemuanku dengan sang waktu, bukan hanya mengenalkanku pada guru-guru kelas dunia namun juga mempertemukanku dengan berbagai aktivitas mulai belajar hingga berorganisasi. Dari sinilah aku dipertemukan dengan sahabat-sahabat terbaikku, yang rela bercengkrama bahkan bertukar pikiran denganku, padahal adakalanya mereka sibuk. Perbedaan pun mewarnai persahabatan ini namun justru perbedaan inilah yang kian menguatkanku untuk saling mendukung dalam kebaikan.
Kini 22 tahun kemudian dengan berbekal ilmu-ilmu yang diberikan bukan hanya dari ayah dan ibuku, namun juga dari ayah dan ibu lainnya serta calon ayah dan ibu lainnya, bukan hanya dalam tataran kata, namun juga tindakan-tindakan nyata dan teguran-teguran mereka kepadaku, aku melangkah.
Karenanya aku ingin berterimakasih kepada semua ibu, ayah, calon ibu dan calon ayah yang telah membantuku sampai di titik ini (menjadi seorang yg berusaha tegak berdiri menyongsong semua, mengambil hikmah dari setiap kejadian, menyerap ilmu dari semua orang dan menjadi teladan). Terimakasih atas jerih payhnya telah memberikanku arti tentang hidup dan berkarya. Road to inspiring woman, with all woman in world. Doakan aku...
Keren nih tulisannya
ReplyDeletealhamdulillah.. terimakasih atas kunjungannya
ReplyDelete